Semarang (hidayatullahjateng.id) – Ahad, 15 September 2024, Gedung Dakwah Hidayatullah Jawa Tengah dipenuhi oleh para Muslimah dari berbagai daerah yang datang untuk merayakan Gebyar Bagi Hijab dalam rangka Hari Solidaritas Jilbab Sedunia. Dengan mengusung tema “Jilbab Cermin Kepribadian”, kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta yang antusias mengikuti rangkaian acara yang sarat makna.
Kegiatan ini digelar dengan tujuan memperkenalkan Mushida, sebuah organisasi yang bergerak dalam dakwah dan pemberdayaan Muslimah, serta menggemakan kembali pentingnya kewajiban berjilbab bagi setiap Muslimah. Lebih jauh lagi, acara ini mengangkat semangat solidaritas jilbab sedunia, yang tidak hanya menggema di Jawa Tengah, tetapi diharapkan dapat menyebar ke seluruh pelosok negeri.
Pengenalan Mushida dan Gedung Dakwah Hidayatullah
Dalam sambutan pembukaan, panitia acara menyampaikan bahwa Mushida (Muslimah Hidayatullah) merupakan salah satu sayap penting dari gerakan dakwah Hidayatullah yang berfokus pada penguatan peran Muslimah dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan lokasi acara di Gedung Dakwah Hidayatullah Jawa Tengah, kegiatan ini sekaligus menjadi sarana untuk memperkenalkan gedung yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat sekitar. Keberadaan Mushida dan Gedung Dakwah diharapkan semakin mendekatkan Hidayatullah kepada masyarakat Jawa Tengah.
Sejarah Hari Solidaritas Jilbab Sedunia
Ustadzah Siti Chotimah, S.Pd.I, selaku pemateri utama, membuka sesi dengan menyampaikan sejarah lahirnya Hari Solidaritas Jilbab Sedunia. Hari ini ditetapkan sebagai momentum untuk memperingati perjuangan Muslimah dalam mempertahankan hak mereka untuk mengenakan jilbab, yang seringkali dihadapkan dengan tantangan sosial maupun politik. Di berbagai belahan dunia, jilbab bukan hanya simbol kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap diskriminasi dan pelecehan terhadap Muslimah.
Muslimah Sejati di Zaman Fitnah
Salah satu topik yang menjadi sorotan dalam materi yang disampaikan oleh Ustadzah Siti Chotimah adalah tentang menjadi Muslimah sejati di zaman fitnah. Di era modern ini, Muslimah kerap menghadapi tantangan yang tak terhindarkan dari berbagai sisi, baik dalam bentuk godaan duniawi maupun serangan pemikiran yang meragukan syariat. Ustadzah Siti menekankan bahwa jilbab tidak hanya menjadi penutup aurat, tetapi juga mencerminkan kepribadian dan identitas seorang Muslimah. Seorang Muslimah yang mengenakan jilbab menunjukkan keteguhan dan komitmennya dalam menjalankan ajaran Islam di tengah derasnya arus perubahan zaman.
Ustadzah Chotim juga mengingatkan para peserta bahwa perjuangan untuk tetap istiqamah dalam berhijab adalah bagian dari bentuk solidaritas terhadap Muslimah di seluruh dunia yang menghadapi tantangan yang jauh lebih besar, termasuk larangan berjilbab di beberapa negara.
Kampanye Hijab dan Harapan ke Depan
Sebagai penutup, acara ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik untuk kampanye hijab di Jawa Tengah. Dengan kegiatan seperti ini, Mushida ingin menyuarakan kembali bahwa hijab adalah kewajiban yang sudah diperintahkan Allah kepada Muslimah, bukan sekadar pilihan fashion. Hijab bukan hanya sekedar tren, melainkan wujud nyata dari keimanan dan ketaatan seorang Muslimah kepada Allah SWT.
Peserta yang hadir mendapatkan hijab sebagai simbol solidaritas dan kebersamaan. Dalam suasana penuh kehangatan, acara ditutup dengan doa dan harapan agar kegiatan ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi Muslimah untuk semakin mantap dalam berhijab serta bangga menjalankan syariat Islam dengan sepenuh hati.
Gebyar Bagi Hijab yang disupport oleh BMH, BTH, Pos Dai dan MJ Hijab ini telah menjadi langkah penting dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah dan mengkampanyekan jilbab sebagai cermin kepribadian seorang Muslimah. Di Jawa Tengah, gema solidaritas jilbab sedunia kini telah bergema, dan diharapkan akan terus berkumandang hingga waktu yang akan datang.
*/DesiMar’atiArifa