KUDUS – Masih dalam suasana Syawwal, DPW Hidayatullah Jawa Tengah menggelar Silaturrahmi seluruh kader Hidayatullah se-Jawa Tengah yang bertempat di Kampus Madya Hidayatullah Kudus, pada hari Ahad (22/5/2022). Sempat vakum selama 2 tahun karena pandemi covid 19, akhirnya Silaturrahim Syawwal pada tahun ini bisa digelar secara offline, dengan mengusung tema “Mengokohkan Ukhuwah dan Soliditas Jama’ah”. Acara ini dihadiri tidak kurang dari 500 peserta dari 22 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa tengah.
Agenda silaturrahim Syawwal ini dihadiri langsung oleh Ustadz Drs. Abdurrahman SE selaku Anggota Dewan Pertimbangan DPP Hidayatullah. Banya pesan-pesan yang beliau sampaikan. Beberapa di antaranya beliau menyampaikan tentang suasana bahagia berkumpulnya kader-kader seluruh jawa tengah. Berikut beberapa ringkasan tausiyah-tausiyah beliau:
“Kesempatan ini kita bersama-sama saudara yang tidak satu nasab, tetapi seiman se Jateng. Inilah karunia terbesar setelah iman. Karena kita bersaudara, kita ingin bertemu secara offline (langsung). Kita ingin selalu dekat, akrab, erat. Rindu suasana Hidayatullah Jawa Tengah yang membahagiakan. Kita bersaudara, ukhuwwah basyariyyah, ukhuwwah wathaniyyah, ukhuwwah islamiyyah”.
“Selanjutnya kita bermaafan-maafan, karena kita bukan maksum. Disamping kita memiliki kelebihan, juga memiliki kekurangan. Itulah sebabnya kita saling tafahum. Sehingga ikatan hati semakin kuat. Hati yang bersih akan berdampak pada sikap dan ucapan. Berikutnya saling ta’awun, ta’aruf, tarahum, takaful. Jangan ada diantara kita yang terkapar. Janganlah kita tersenyum ditengah jeritan tangisan sesama kita. Maka kita seperti kal jasadil wahid. Kaannahum bunyanun marshush. Jika kita saling menjelekkan. Hilanglah marwah dan kekuatan kita”.
“Karena setelah pertemuan pasti ada perpisahan. Setelah kita tidak bersama, tetapi ruhani kita tetap menyatu, sehingga kita saling mendoakan, ala dhahril ghaib. Setelah bertemu dan mendapat support dari saudara-saudara kita, kita kembali ke medan tugas. Untuk memberikan peran dan kontribusi di medan kehidupan. Semakin besar khidmah kita semakin bermanfaat keberadaan kita”.
“Efek keimanan adalah amanah dan tanggungjawab. Tidak sempurna keimanan seseorang yang tidak melahirkan amanah. Iman identik dengan aktif, dinamis, produktif. Iman pemain, bukan penonton. Subyek bukan obyek. Penentu, bukan ditentukan. Sosok mukmin harus hadir pada semua pos-pos kehidupan, sosial, ekonomi, politik, agar mengundang datangnya keberkahan. Negeri ini jika shibghah imaniyyah berjalan sebagaimana mestinya, maka keberadaan kita menjadi tuan bukan budak di negeri sendiri. Mukmin hadir menjadi solusi bukan bagian dari masalah. Hadir untuk meringankan beban bukan menambah beban. Hadir untuk memberi solusi bukan menambah masalah”.
“Kita terpanggil untuk mendesain sosial yang menyejukkan, pendidikan yang bertauhid, ekonomi yang memakmurkan. Sehingga lahirlah sebuah peradaban. Aktualisasi keimanan dalam segala dimensi kehidupan. Setelah Ramadhan kita menjadi bayi yang suci. Sehingga kita mudah diajak berbicara, berdialog, bekerjasama. Semuanya modal untuk meraih sukses. Komunikasi dengan saudara kita, terasa cair. Tidak ada hambatan dan gangguan yang berarti. Dampaknya, ruhani kita connect dengan nilai Al Quran. Jika shiyam dan qiyam imanan wa ihtisaban, maka menjadikan kita mudah tergerak untuk berbuat baik. Kita mendapatkan lailatul qadar”.
“Waktunya sebentar, bisa merubah arah dan jalan hidup setara 1000 bulan. Nilai-nilai ruhani itu modal untuk meraih sukses dalam kehidupan. Potensi iman tersebut, mempengaruhi pikiran, hati, anggota tubuh, untuk menjadi agen perubah masyarakat. Ada tiga untuk membentuk komunitas; (1) Al Afkar (pikiran) (2) Al Ashkhash (person) (3) Al Asy-ya (fasilitas)”.
“Ramadhan penguatan ruh. Bertanya kepada yg membuat ruh. Siapa yg menciptakan manusia ?. Untuk apa kita hadir ? Setelah ini mau kemana ? Pikiran langit, masuk dalam pikiran kita. Bacalah dengan nama Allah yang menciptakan. Sehingga berpandangan bahwa Allah sumber cipta, sumber ilmu. Seharusnya, bertambah keilmuannya, bertambah makrifatnya kepada Allah. Semakin luas ilmunya semakin takut kepada Allah”.
“Ada tujuh syarat untuk membangun kesadaran tauhid : Ilmu, yakin, jujur, menerima, ketaatan, kecintaan, keikhlasan. Gerakan Laa Ilaha Illallah menjadikan semua kegiatan kita untuk ibadah. Maka lahirlah masyarakat yang sehat. Masyarakat yang sakit berasal dari pikiran yang kotor dan hati yang keruh. Kekuatan immaterial itu akan memperbaiki keadaan. Sebaliknya, ketika cara membaca kehidupan ini tidak benar, lahirlah split personality (keterbelahan jiwa). Karena, makhluk diceraikan dari Al Kholiq. Bermunculanlah manusia-manusia sekuler. Baik sekuler subyektif maupun sekuler obyektif. Sekuler subyektif, urusan pribadi, makan dan minum tidak ada kaitannya dengan Tuhan, katanya. Sekuler obyektif, urusan lembaga, intitusi dipisahkan dari Rabb. Padahal urusan pribadi dan publik adalah rangkaian dari kehidupan. Dan kehidupan ini tidak akan berjalan normal tanpa campur tangan Tuhan (tadakhul rabbani)”
Acara ini dimeriahkan dengan pembagian door prize dan bazaar yang diikuti oleh usaha-usaha lembaga dan pribadi kader. Di antaranya Pakaian dari Kophida Jateng, Produk-produk herbal, Tas, Makanan-makanan ringan, Bolu, Minuman Dawet, dsb. Nampak keceriaan dari seluruh peserta yang hadir. Semoga agenda silaturahim Syawwal ini bisa semakin mengokohkan ukhuwah dan soliditas antar jama’ah di Jawa Tengah.