Kudus (hidayatullahjateng.id) – Menyambut bulan suci Ramadhan, DPD Hidayatullah Kudus menggelar acara Tarhib Ramadhan dengan tema Menyemai Al-Qur’an di Bulan Penuh Berkah. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Baitussalam Pesantren Hidayatullah Kudus, 22 Februari 2025 dan dihadiri oleh seluruh pegawai dari berbagai lembaga di lingkup Hidayatullah Kudus, seperti KB TK Yaa Bunayya, SDIT-SMPII-SMK Luqman Al Hakim, PPTQ Hidayatullah, BMH, BTH, Toko Amanah, serta Inova Printer.
Sesi pertama diisi oleh Ustadz Sholih Hasyim, S.Sos.I, pembina Yayasan Al Aqsho, yang membahas keistimewaan puasa sebagai ibadah yang tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga memiliki dampak besar dalam menata ulang hati dan jiwa seseorang. Ia menjelaskan bahwa setiap ibadah memiliki pahala yang telah ditentukan, tetapi puasa berbeda karena Allah sendiri yang akan memberikan ganjarannya.
Mengutip Imam Al-Ghazali, beliau menegaskan bahwa puasa adalah ibadah yang sulit terkontaminasi riya karena bersifat sirriyah, ibadah hati yang hanya diketahui oleh Allah dan pelakunya. Dalam kitab Fathul Bari, puasa disebut sebagai ibadah yang menggabungkan tiga bentuk kesabaran, yakni sabar dalam menaati Allah, sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi takdir seperti menahan lapar dan dahaga. Selain itu, Ustadz Sholih Hasyim juga menyampaikan nasihat dari Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang pentingnya mengikhlaskan niat, menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, serta menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat.
Pada sesi kedua, Ustadz Muhammad Jiwan, S.Pd., Founder Qur’an Puzzle, mengajak peserta untuk semakin dekat dengan Al-Qur’an selama Ramadhan. Ia menjelaskan bahwa ada dua penyebab kebahagiaan dalam hidup, yaitu hati yang senang dan hati yang tenang, dan bahwa kebahagiaan sejati ada dalam ketenangan hati, yang bisa didapatkan melalui dzikir, salah satunya dengan membaca dan mentadabburi Al-Qur’an.
Ia menuturkan bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an memberikan banyak manfaat, seperti mendatangkan kemuliaan karena ayat-ayatnya tertanam dalam hati, mendatangkan keuntungan karena setiap huruf yang dibaca bernilai sepuluh kebaikan, memberikan ampunan karena Al-Qur’an akan menjadi syafaat di akhirat, serta menghadirkan ketenteraman.
Lebih lanjut, Ustadz Muhammad Jiwan menjelaskan tahapan seseorang dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Awalnya, seseorang akan merasa nikmat dalam membaca dan mendengarkan ayat-ayatnya, lalu berkembang menjadi rasa takut kehilangan, sehingga mendorongnya untuk menjaga hafalan dan pemahaman. Pada tahap yang lebih tinggi, seseorang akan semakin akrab dengan Al-Qur’an, hingga hafalannya senantiasa menyertai dalam setiap shalat dan kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya menjadi intim dengan al Qur’an hingga tahap tertinggi yakni menjadi kecanduan dengan al Qur’an.
Acara Tarhib Ramadhan ini menjadi momentum bagi seluruh peserta untuk semakin mempersiapkan diri dalam menyambut bulan suci dengan kesiapan spiritual yang lebih matang. Dengan memahami makna puasa yang sesungguhnya dan pentingnya menjalin kedekatan dengan Al-Qur’an, diharapkan Ramadhan tahun ini dapat dijalani dengan lebih bermakna. Para peserta meninggalkan Masjid Baitussalam dengan hati yang lebih siap dan tekad yang kuat untuk menjadikan Ramadhan sebagai sarana penyucian diri dan peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena pada akhirnya, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menyemai kebaikan dan memperkuat hubungan dengan Allah melalui Al-Qur’an.
*/EE