Oleh : KH. Dr. Nashirul Haq, Lc. MA.
Hidayatullahjateng.id – Rasulullah hadir dengan misi kenabian, membangun peradaban islami, tugas mulia ini diwariskan kepada para sahabat, tabiin, dan seterusnya hingga para ulama yang hadir di tengah-tengah kita, melalui para ulama lah para kader ditempa sehingga menjadi pemimpin-pemimpin yang istimewa.
Wadah kepemimpinan harus diwujudkan dari level yang paling rendah hingga level paling tinggi untuk melanjutkan visi kenabian. Hidayatullah hadir sebagai wasilah untuk mewujudkan misi tersebut.
Hidayatullah melahirkan generasi yang berkualitas, yakni yang beriman, berilmu, dan beramal. Kualitas tersebut lahir dari halaqoh-halaqoh yang terus terbina. Setidaknya ada 4 fungsi halaqoh, di antaranya :
- Wadah Jamaah : menjadi tempat berkumpulnya pribadi-pribadi dalam satu kesatuan visi
- Wadah Tarbiyah : membentuk pribadi muslim yang paripurna dalam segala aspek (aqidah, akhlak, ibadah, intelektual, fisikal, managerial, dan sosial)
- Wadah Dakwah : menggerakkan dakwah di masyarakat, semakin kuat gerakan tarbiyah semakin kuat pula gerakan dakwah, dan kekuatan dakwah yang paling kuat adalah dakwah fardiyah
- Wadah Pelayanan dan pemberdayaan umat : mensinergikan kekuatan-kekuatan ekonomi dari para anggota halaqoh sehingga menjadi pergerakan ekonomi keummatan yang kuat
Kader harus selalu melakukan konsolidasi jati diri, organisasi, dan wawasan untuk mewujudkan visi dan misi organisasi. Sebagai keder Hidayatullah, jati diri adalah prinsip dasar yang harus dianut, jati diri harus diinternalisasi dan ditanamkan agar bisa menjadi guidance.
Dalam perjalanan organisasi, sistematika wahyu menjadi pola gerakan tarbiyah dan dakwah, gerakan ini diawali dengan meluruskan syahadat, karena syahadat merepresentasikan ketauhidan yang menjadi modal utama dalam berorganisasi. Kader juga harus sabar dalam menghadapi fitnah, tuduhan-tuduhan, karena itu menjadi bagian dari ujian Allah
Proses-proses tersebut harus senantiasa diperkuat dengan “al muzammil”, karena praktek-praktek ibadah yang tersurat dalam surat al muzammil tersebut mampu membangun akhlak sebagai tarbiyah ruhiyah, sehingga menjadi bekal untuk tandang ke gelanggang, menjalankan risalah-risalah kenabian melalui gerakan dakwah, yang pada akhirnya menghadirkan masyarakat yang berjamaah.